Tuesday, March 5, 2013

my hyperthyroid (2)

"....Alhamdulillah, semester 6 berjalan dengan lancar baik akademis maupun organisasi-ku. Bahkan indeks prestasiku meningkat. Tetapi perjuangan yang sebenarnya, baru akan di mulai pada tengah hingga akhir tahun ini."

Tengah tahun akhir 2012. Perjuangan yang sebenarnya, baru di mulai!
Tengah tahun awal berhasil aku lewati, walaupun tidak selancar kelihatannya tetapi senang rasanya setengah tahun 2012 ini telah berlalu di akhir semester 6. Aku pun memiliki kebiasaan hidup baru sekarang, yang menurut ku bukan kebiasaan yang baik untuk di lakukan. Tahun ini, aku mulai terbiasa pulang larut malam, terbiasa mandi malam, terbiasa makan hanya jika ingat, terbiasa mendapat omelan orang rumah, terbiasa menginap di kampus, terbiasa ngobrol di warkop hingga tersisa aku dan partner kerja ku (aku memiliki 3 partner kerja, dan kami ber-4 biasa di panggil tetua oleh 'anak-anak' di organisasi yang kami ikuti bersama) sebagai pengunjung yang setia di warkop nestapa (yang bahkan nama nestapa adalah sebutan yang di buat  oleh 2 partner kerja ku), terbiasa merepotkan salah seorang partner kerja untuk mengantar ku pulang jika sudah terlalu larut malam untuk aku pulang naik angkutan umum, dan kebiasaan lainnya yang bukan kebiasaan baik untuk di contoh. 

Salah satu dari banyaknya kebiasaan buruk ku tersebut yang paling aku benci adalah, menjadikan rumah hanya sebagai tempat menumpang tidur. Aku pulang ketika semua orang rumah sudah tertidur lelap, dan baru bangun tidur ketika orangtua ku sudah berangkat kerja. Otomatis, dari 5 hari dalam seminggu, waktu untuk aku berbincang santai atau sekedar menanyakan kabar orangtua ku sendiri pun menjadi hal yang langka, terlebih jika pada akhir pekan aku juga ada agenda lain di luar rumah, semua menjadi dilematis Andai saja mereka tahu, bukan maksudku untuk menjadi anak yang tidak tahu adat. Maafkan aku, anakmu yang hanya bisa merepotkanmu saja, bahkan tidak berani meminta maaf secara langsung kepada kalian. Ironis memang, masih tinggal dalam satu atap, namun sekedar melihat wajah kedua orangtua ku saja, sungguh menjadi momen yang sangat aku rindukan. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan aku terbiasa mendengar omelan dari mereka.

Awal tengah tahun ini pun aku mulai merasakan dampak dari bad habit yang sudah menjadi kebiasaan ku tersebut. Aku mulai mudah terserang flu, mudah merasa lelah, bahkan mulai mudah terserang demam jika aku tidak tidur seharian. Padahal, sebelum-sebelumnya, aku tidak pernah merasa se-"lemah" ini. Aku juga tidak memiliki riwayat penyakit berat yang mewajibkan ku untuk memperhatikan kesehatan ku. Sebenarnya, aku termasuk orang yang cukup memperhatikan kesehatan, terlebih untuk asupan makanan, aku cukup selektif dalam mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi dengan komposisi serat, protein, dan karbohidrat yang cukup. Tetapi, kegiatan-kegiatan yang menyita waktu ku 1x24 jam kadang membuat ku menggampangkan untuk mengkonsumsi makanan-makanan praktis dan cepat saji. Aku mulai merasa, kondisi kesehatan ku sedikit menurun.

Celakanya, semua deadline tugas-tugas penting ku menumpuk di tengah hingga akhir tahun ini, baik deadline akademis maupun deadline organisasi. Memasuki semester 7, aku mulai menjalani praktikum 2 sembari menyicil skripsi demi cita-cita lulus 3.5 tahun. Beban praktikum 2 lebih berat di banding praktikum 1. Aku harus berada di lembaga 5 hari dalam seminggu, mengidentifikasi masalah lembaga, kemudian membuat suatu program untuk menjawab permasalahan lembaga tersebut yang harus di laksanakan. Beruntungnya diriku, aku praktikum di lembaga yang tidak mewajibkan mahasiswa praktikum untuk berada di lembaga sesuai jam kerja, sebenarnya aturan dari lembaga tidak terlalu ketat dan itu memudahkan ku membagi waktu antara urusan akademis dengan organisasi yang juga memiliki banyak tugas untuk di selesaikan. 

Permasalahan yang paling berat dalam menjalani praktikum 2 adalah, aku harus membuat laporan praktikum tiap minggu nya, kemudian melakukan supervisi dengan dosen pembimbing praktikum untuk melihat progress praktikum ku. Terlihat sederhana? tetapi tidak pada praktiknya. Pertama, aku melakukan asesmen, mencari data-data primer dan sekunder untuk mendapatkan hasil asesmen yang tepat sasaran, kemudian mengidentifikasi masalah yang ada, setelah itu membuat rencana intervensi yang akan di lakukan, menyusun dan membuat rancangan program (termasuk proposal program yang akan di laksanakan), dan baru aku dapat melakukan implementasi program. Tidak berakhir di situ, aku juga harus melakukan monitoring dan evaluasi dari program yang telah di lakukan. Tahapan yang paling menyita waktu ku adalah melakukan asesmen. Aku juga harus membagi waktu dengan mengerjakan skripsi dan tugas organisasi ku yang sedang sibuk mengurus persiapan menyambut 1000 mahasiswa baru fakultas. (Bisa menjadi novel jika aku bahas satu per satu secara detil, bukan ini inti yang ingin aku ceritakan, jadi mari kita ringkas saja)

Begitu banyak hal yang harus aku pikirkan dan aku lakukan, membuat ku mengabaikan kondisi kesehatan ku. Hingga, aku mulai mendengar komentar dari teman-teman ku yang mengatakan bahwa aku terlihat lebih kurus dari biasanya. Semakin hari, semakin banyak teman-teman sejurusan ku yang mengatakan bahwa aku kurusan. Awalnya aku mengabaikannya dan menganggapnya hal yang wajar dengan kegiatan-kegiatan ku yang memang cukup menguras tenaga, waktu, dan pikiran ku. Mungkin hanya kelelahan saja, pembenaran ku saat itu. Tetapi, semakin lama semakin ku biarkan, semakin banyak pula teman-teman ku yang mengatakan aku lebih kurus, tidak lagi teman sejurusan ku, tetapi juga senior-senior ku, bahkan teman-temanku yang tidak setiap hari aku berinteraksi dengan mereka, juga melihat adanya perbedaan kondisi fisik ku.

"yah, gimana sih ndut, kok lo kurusan sekarang? gue ga bisa manggil lo gendut lagi dong" "ya ampun rin, kurus banget sih lo sekarang, pesen makan sana, gue bayarin deh, serius gue" "lo makin kecil aje nong" "kamu kurusan rin? kok pipinya ga tembem kayak biasanya (sambil mencet-mencet pipi saya)" "begadang terus ya rin? itu mata kayak mata panda gitu" "istirahat rin, keliatan capek banget gitu" "lo di suruh ngerjain apa sih sama bpm sampe jadi kayak gini?"

Lucu-lucu sebenarnya mendengar komentar mereka yang 'heboh' sendiri melihat perubahan fisik ku. Aku pun tetap mengabaikan perubahan fisik yang terjadi pada ku. Waktu berlalu, dan aku mulai menyadari ada yang aneh dengan kondisi tubuh ku. Aku sering merasa kepanasan, padahal orang-orang merasa dingin, mudah berkeringat, padahal dahulu jika aku olahraga saja, aku sulit berkeringat tetapi sekarang, bangun tidur pun piyama ku bisa basah karena keringat, dan ya aku mulai merasakan berat badan ku yang berkurang. Aku pun mulai mencoba makan lebih banyak dan membiasakan kembali mengkonsumsi makan makanan sehat, tetapi sebanyak apapun aku makan, berat badan ku tidak kunjung naik. Bahkan, bertambah kurus dengan mata panda yang mulai terlihat lebih hitam.

Semakin hari, teman-teman ku bahkan mulai menyarankan ku untuk memeriksakan kondisi ku ke dokter. Ada salah seorang teman, yang merasa bahwa gejala-gejala ku sama dengan gejala penyakit yang pernah di alami kakaknya teman ku tersebut, yaitu Hyperthyroid. Aku tidak pernah terpikirkan bahwa perubahan fisik ku yang menjadi lebih kurus ini di sebabkan oleh suatu penyakit yang serius pada awalnya. Aku hanya mengira bahwa diriku hanya terlalu lelah dengan segala kegiatan ku tersebut tetapi tidak ada salahnya memeriksakan kondisi ku ke dokter. Singkat cerita, setelah konsultasi ke dokter umum, kemudian ke dokter mata, dan terakhir ke dokter spesialis penyakit dalam yang menyarankan ku untuk melakukan tes darah, memang terbukti bahwa aku memiliki jumlah hormon thyroid yang melebihi kadar normal pada tubuh atau biasa di kenal dengan istilah hyperthyroid. Awalnya, aku beranggapan semua dapat berjalan seperti biasa dan tidak akan berpengaruh terhadap kegiatan akademis maupun organisasi ku. Tetapi, semua mulai berjalan berantakan. (to be continued..)






No comments:

Post a Comment