Saturday, August 28, 2010

dibalik tugas seorang presiden besar

Pada masa kepresidenan Lincoln (1861-1865), perang saudara berkecamuk antara utara n selatan. Untuk menghibur prajurit yg trluka, Lincoln mendekati prajurit itu dan bertanya,"apa yg bisa saya perbuat untuk meringankan sakit anda?" tidak menyadari siapa yang berdiri di hadapannya,si prajurit mengangguk sambil menahan rasa sakit yang luar biasa dan berkata dengan suara lemah,"maukah anda mnuliskan surat untuk ibu saya?" Lincoln stuju,mencari kertas dan pena lalu dengan hati" menuliskan setiap kata yang keluar dari mulut prajurit yang menderita itu.
Bunyi suratnya,"Mama tersayang, aku trluka parah dalam tugasku membela negara. Rasany,aku tidak bisa bertahan lagi. Mama,jika aku harus pergi,kumohon mama janganlah terlalu sedih. Tolong ciumkan adik john dan marry untukku. ". Rupanya,prajurit itu sudah terlalu lemah untuk terus mndiktekan suratnya,sehingga lincoln menandatanganinya sendiri dan mnambahkan N.B.: Written for your son by Abraham Lincoln. Ketika Lincoln memperlihatkan surat itu,si prajurit sangat kaget dan bertanya,"sungguhkah anda ini Presiden Lincoln sendri?" "ya benar" jawab Lincoln tersenyum, lalu bertanya, "ada lagikah yang dapat saya perbuat untuk anda?" "tolong pak,tangan saya dipegang agar saya lbih kuat sampai akhir," pinta prajurit itu. Presiden tinggi besar dan bercambang itu meluluskan permintaan terakhir prajuritnya.

Pada malam sepi itu, Lincoln yang kelak dikenang sebagai Presiden Amerika terbesar, duduk dalam suasana beku mencekam, dimana detikk-detik terasa bgaikan menit dan menit-menit trasa bagaikan jam,sambil terus menghibur dengan kata-kata sampai ajal menjemput prajuritnya menjelang dini hari. (dikutip dr buku Ethos 21 karya Jansen H.Sinamo, 2002)

No comments:

Post a Comment